1) Konsep dasar fungsi dan kerja
unit kopling
Kopling dan komponen pengoperasiannya yang akan
dibahas dalam modul ini adalah yang dipergunakan pada kendaraan bermotor
khususnya untuk kendaraan ringan, yaitu sepeda motor, sedan dan mobil
penumpang. Kopling dan komponen pengoperasiannya merupakan bagian dari sistem
pemindah tenaga dari sebuah kendaraan, yaitu sistem yang berfungsi memindahkan
tenaga dari sumber tenaga (mesin) ke roda ken-daraan (pemakai/penggunaan
tenaga).
Pemindahan tenaga dari mesin kesistem penggerak pada
kendaraan, tentunya diperlukan suatu proses yang halus tanpa adanya kejutan,
yang menyebabkan ketidak nyamanan bagi pengendara dan penumpang. Di samping
itu, kejutan juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada bagian mesin.
Sistem pemindah tenaga secara garis besar terdiri dari
Unit kopling, transmisi, defrensial, poros dan roda kendaraan. Sementara Posisi
unit kopling dan komponennya (Clutch
Assembly), terletak pada ujung paling depan dari sistem pemindah tenaga
pada kendaraan. Sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk memutus dan menghubungkan,
unit kopling memutus dan menghubungkan aliran daya/gerak/momen dari mesin ke
sistem pemindah tenaga. Dengan adanya kopling, maka saat tidak diperlukan
tenaga gerak, maka tidak perlu harus mematikan sumber gerak (mesin).
Posisi unit kopling pada kendaraan secara skema dapat
dilihat pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1.
Posisi Kopling (Clutch) pada
kendaraan
Rangkaian pemindahan tenaga berawal dari sumber tenaga
(Engine) kesistem pemindah tenaga,
yaitu masuk ke unit kopling (Clutch)
diteruskan ketransmisi (Gear Box) ke
propeller shaft dan keroda melalui differensial (Final Drive).
Jenis kopling paling tidak dapat dikelompokan menjadi
tiga kelompok yaitu kopling dengan menggunakan gigi, menggunakan gesekan, dan
menggunakan tekanan hidrolis. Secara skema seperti terlihat pada gambar 2
berikut ini.


Gambar 2.
Kopling jenis Dog, Friction dan Hidrolic.
Kopling jenis dog banyak dipergunakan pada mekanisme
hubungan roda gigi transmisi. Untuk menyambungkan antara poros sumber tenaga
dengan poros yang digerakan biasanya kopling ini mengalami kesulitan bila tidak
dalam kondisi ber-henti. Untuk itu pada transmisi dilengkapi dengan komponen
yang disebut dengan synchronmesh. Synchronmesh
pada dasar nya adalah salah satu bentuk kopling gesek dengan bentuk konis. Kopling
konis ini akan menyamakan gerak kedua gigi yang akan dihubungkan, sehingga
kopling dog akan mudah disambungkan.
Kopling gesek (Friction
Clutch) adalah proses pemindahan tenaga melalui gesekan antara bagian
penggerak dengan yang akan digerakan. Konsep kopling ini banyak dipergunakan
pada sistem pemindah tenaga kendaraan, khususnya pada kendara-an ringan, sepeda
motor, sedan dan mobil penumpang lainnya.
Kopling hidrolis banyak dipergunakan pada kendaraan
dengan transmisi otomatis. Proses kerjanya memanfaat-kan tekanan hidrolis, dan
pemindahan dari satu kopling kekopling yang lainnya, dilakukan dengan mengatur
aliran hidrolisnya.
Berikut ini akan dibahas Konsep kerja kopling gesek yang
banyak digunakan dapat dijelaskan melalui gambar 3 dan 4.

Gambar 3. Saat Piringan pemutar (Drive Disc) tidak berhubungan
dengan piringan
yang diputar (Driven disk)
Berdasarkan skema rangkaian tersebut, kini terlihat
fungsi utama kopling adalah memutus dan menghubungkan jalur tenaga dari mesin
ke roda kendaraan. Proses perpindahan tenaga, poros engkol (crank shaft) memutar drive disc dalam kopling. Selama piringan/disc
yang lain (driven disc) tidak
berhubungan dengan drive disc, maka tidak ada tenaga/torsi/ gerak yang
ditransfer dari mesin ke pemindah daya. Atau kopling dalam kondisi bebas.
Pada
saat drive disc dan driven disc bersinggungan, maka drive disc akan memutar
driven disc yang berhubungan dengan poros input transmisi. Sebagai hasilnya,
torsi/gaya putar dari mesin ditransfer melalui kopling ke komponen pemindah daya yang lainnya hingga ke roda
penggerak. Saat kedua disc bersinggungan, dan saling berputar bersama dapat diilustrasikan
dalam gambar 3 berikut ini.

Gambar 4. Saat Kedua piringan
berhubungan dan berputar bersama.
Pada
prakteknya, saat menghubungkan kopling, yaitu disaat bersamaan melepas pedal
kopling, tidak dilepas langsung namun sedikit demi sedikit hingga terhubung.
Proses ini untuk menghindarkan terjadinya kejutan saat kedua berhubungan. Sebab
bila kedua piringan tersebut, berhubungan secara langsung tentu akan terjadi
kejutan gerak pada kendaraan, dan ini sering dialami oleh pengemudi pada
pengalaman pertama-nya melepas pedal kopling, hingga mobilnya bergerak tersendat-sendat.
Jadi dengan melepas kopling sedikit (kalau istilah masyarakat setengah kopling),
terjadi perpindahan tenaga melalaui gesekan plat kopling. Dengan kata lain,
perpindahan tidak terjadi sekaligus.
2) Macam-macam Kopling Gesek.
Seperti telah dijelaskan di atas, kopling gesek banyak
digunakan pada kendaraan ringan. Pada kendaraan roda empat menggunakan jenis
kering dengan plat tunggal. Sedangkan pada sepeda motor, menggunakan jenis
basah dengan plat ganda. Perbedaan kopling basah dan kering, karena plat
kopling tidak kena minyak pelumas untuk jenis kering, dan plat kopling bekerja
dalam minyak pelumas untuk jenis basah.
a).Kopling gesek
pelat tunggal.
Komponen-komponen
kopling gesek pelat tunggal secara bersamaan membentuk rangkaian kopling/ kopling set (clutch
assembly). Seperti terlihat pada gambar 5 berikut ini.

Gambar 5. Clutch Assembly
Komponen utama
dari kopling gesek ini adalah sebagai berikut :
(1)
Driven plate (juga dikenal sebagai
piringan kopling, pelat kopling atau friction
disc/piringan gesek, atau kanvas kopling). Plat kopling bagian tengahnya
berhubungan slip dengan poros transmisi. Sementara ujung luarnya dilapisi
kampas kopling yang pemasangannya di keling. Konstruksinya dapat dilihat pada
gambar 6.

Gambar
6. Plat kopling tunggal.
Lapisan
plat kopling disebut dengan kanvas kopling terbuat dari paduan bahan asbes dan
logam. Paduan ini dibuat dengan tujuan agar plat kopling dapat memenuhi
persyaratan, yaitu :
(a). Tahan terhadap panas. Panas dalam hal ini
terjadi karena terjadi gesekan yang memang direncanakan saat kopling akan
dihubungkan.
(b). Dapat menyerap panas dan membersihkan diri.
Gesekan akan menyebabkan panas dan kotoran debu bahan yang aus. Kanvas kopling
dilengkapi dengan alur yang berfungsi untuk ventilasi dan menampung dan
membuang debu yang terjadi.
(c). Tahan terhadap gesekan. Kanvas kopling
direncana-kan untuk bergesekan, maka perlu dibuat tahan terhadap keausan akibat
gesekan.
(d). Dapat mencengkeram dengan baik.
Plat
kopling dilengkapi dengan alat penahan kejutan baik dalam bentuk pegas ataupun
karet. Alat ini dipasang secara radial, hingga disebut dengan pegas radial.
Konstruksinya seperti terlihat pada gambar 7 berikut ini.

Gambar
7. Pegas Radial Plat Kopling
Pegas
radial berfungsi untuk meredam getaran/kejutan saat kopling terhubung sehingga
diperoleh proses penyambungan yang halus, dan juga getaran atau kejutan selama
menghubungkan/bekerja. Untuk itu maka pegas radial harus mampu menerima gaya
radial yang terjadi pada plat kopling memiliki elastisitas yang baik. Namun
demikian karena penggunaan yang terus menerus, maka pegas radial dapat
mengalami kerusakan. Untuk yang dalam bentuk karet, kemungkinan karetnya
berkurang/tidak elastis lagi atau pecah. Sedangkan yang pegas ulir, kemungkinan
berkurang panjang bebasnya, yang biasanya ditunjukan dengan ter-jadinya
kelonggaran pegas dirumahnya dan menimbulkan suara.
Plat
kopling di samping pegas radial juga dilengkapi dengan pegas aksial.
Konstruksinya seperti terlihat pada gambar 8 berikut ini.

Gambar
8. Pegas Aksial Plat Kopling
Pegas
aksial dipasang diantara kanvas kopling, dan bentuknya ada dua macam. Gambar 8
A pegas aksial berbentuk E dan Gambar B pegas aksial berbentuk W.
Fungsi
pegas aksial adalah untuk mendapatkan senntuhan yang halus saat plat kopling
mulai terjepit oleh plat tekan pada fly
wheel. Dengan kata lain terjadi proses menggesek terlebih dahulu sebelum
terjepit kuat oleh plat tekan pada fly
wheel.
(2)
Pressure plate (plat penekan) dan rumahnya,
unit ini yang berfungsi untuk menekan/menjepit kampas kopling hingga terjadi
perpindahan tenaga dari mesin ke poros transmisi.
Untuk kemampuan
menjepitnya, plat tekan didukung oleh pegas kopling. Pegas kopling paling tidak
ada dua macam, yaitu dalam bentuk pegas coil dan diafragma atau orang umum
menyebutnya sebagai matahari. Kontruksinya seperti terlihat pada gambar 9
berikut ini.

Gambar 9. Clutch
Asembly dengan pegas diafragma
dan pegas coil.

Gambar 10. Perbandingan kemampuan pegas diafragma
dengan pegas coil.
Pada
gambar 10, terdapat dua garis, garis yang penuh menggambarkan tekanan pegas
diafragma, sedangkan garis terputus-putus menggambarkan tekanan pegas coil.
Pada point a menunjukan posisi pada saat plat kopling sudah aus. Pada posisi
ini terlihat bahwa pegas diafragma memberikan tekanan yang lebih besar
dibandingkan dengan pegas coil. Besarnya tekanan yang diberikan ini akan
menentukan tingkat kemungkinan terjadinya slip pada kopling. Sehingga saat plat
kopling sudah aus, penggunaan pegaas coil kemungkinan akan terjadi sllip lebih
besar dibandingkan dengan pegas diafragma. Hal ini karena tekanan yang
diberikan oleh pegas coil lebih kecil
Pada
saat plat koplingnya masih baru atau tebal keduanya memberikan kemampuan
tekanan yang sama besarnya. Posisi ini digambarkan pada titik poin b. Pada
titik poin c menggambarkan tekanan pegas saat pedal kopling diinjak penuh.
Pegas coil memberikan tekanan yang lebih besar dibandingkan pegas diafragma.
Hal ini berarti terkait dengan besarnya tenaga pengemudi untuk membebaskan
kopling. Kalau pegasnya coil berarti tenaga injakan kopling lebih berat
dibandingkan bila menggunakan pegas diafragma.

Gambar
11. Pegas diafragma/matahari.
(3)
Clutch release atau throwout bearing, unit ini berfungsi
untuk memberikan tekanan yang bersamaan pada pressure plate Lever dan
menghindarkan terjadinya gesekan antara pengungkit dengan pressure plate Lever untuk pegas coil. Sedangkan yang pakai pegas difragma
langsung keujung pegas.

Gambar 12. macam-macam
bantalan tekan kopling
Gambar
12.1 adalah bantalan tekan yang mampu menerima beban aksial dan menyudut.
Gambar 12.2 bantalan tekan yang hanya mampu menerima beban aksial. Keduanya
memerlukan pelumasan, bila pelumasnya habis maka keduanya akan mengalami
kerusakan. Sedangkan gambar 12.3 adalah bantalan tekan yang terbuat dari karbon
yang tidak memerlukan pelumasan.
(4)
Throwout lever/Clutch Fork/plate Lever
berfungsi untuk menyalurkan tenaga pembebas kopling.
Konstruksi
di atas berarti plat tekan bersama rumahnya dipasang menggunakan baut pada fly wheel. Sementara plat kopling
dipasang diantara fly wheel dengan pelat
tekan, dan bagian tengahnya dihubungkan dengan poros transmisi dengan sistem
sliding. Dengan demikian Prinsip dasar bekerjanya kopling gesek dengan plat
tunggal yang banyak digunakan pada kendaraan roda empat ini seperti terlihat
pada gambar 13 berikut ini.

Gambar 13.
Prinsip kerja kopling plat tunggal
Pada posisi seperti gambar 13 berarti kopling sedang
bekerja, dimana plat kopling terjepit oleh Fly
wheel (6) dan Pressure plate (4) yang mendapat tekanan dari
pegas kopling (7). Dengan demikian putaran mesin disalurkan melalui fly wheel ke plat kopling dan kemudian
ke poros primer (2).
Sewaktu pedal kopling (9) diinjak, gerakan menarik
sambungan pengatur (11) dan garpu kopling (10). Gerakan tersebut menyebabkan
bearing (8) dan membawa pressure plate
(4) bergerak kekanan melawan tegangan pegas kopling (7). Hal ini berarti
menyebabkan plat kopling (3) terbebas dari jepitan. Sehingga putaran dari mesin
terputus tidak tersalurkan ke sistem pemindah tenaga.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 14
berikut ini.

Gambar 14. Kopling Plat Tunggal Dengan Posisi Terhubung
Poros yang dihubungkan menggunakan kopling adalah
poros engkol (Driver shaft) dengan
poros kopling yang tidak lain adalah poros yang masuk ke transmisi (Driven Shaft). Pada gambar 14 plat
kopling pada posisi terhubung terjepit diantara plat tekan dengan Fly wheel, kekuatan jepitnya diperoleh
dari tegangan pegas kopling yang dalam hal ini dalam bentuk pegas diafragma.
Dengan posisi demikian maka putaran poros transmisi akan sama dengan putaran
mesin.

Gambar 15.
Kopling Plat Tunggal Dengan Posisi bebas
Pada saat tuas pembebas ditekan maka gayanya
diteruskan ke bantalan tekan dan menekan pegas diafragma. Pegas diafragma
mengungkit plat penekan, sehingga plat kopling terbebas. Dengan kata lain,
putaran poros engkol/mesin tidak tersalurkan ke sistem pemindah tenaga. Kondisi
ini diperlukan saat memindah kecepatan transmisi, saat mengerem kendaraan, dan
saat menghentikan kendaraan.
b).
Kopling gesek plat ganda.
Kopling gesek plat ganda banyak digunakan pada kendaraan
ringan seperti sepeda motor dan dalam kerjanya tercelup di dalam oli mesin.
Konstruksinya seperti terlihat pada gambar 16.

Gambar 16. Komponen
kopling gesek plat ganda.
Konstruksi kopling gesek plat ganda menggunakan dua jenis
plat, yaitu plat gesek dan plat kopling. Plat gesek tanpa lapisan kanvas, seluruhnya dari
logam. Sedangkan plat kopling pada bagian yang bersentuhan dengan plat gesek
dilapisi dengan kanvas pada kedua sisinya. Jumlah dan lebar plat sangat
ditentukan besarnya tenaga yang akan dipindahkan.
Rangkaian komponen kopling gesek plat ganda dapat
digambarkan sebagai berikut.

Gambar 17.
Rangkaian kopling gesek plat ganda.
Rangkaian kopling tersebut terdiri dari satu plat
tekan yang ditekan oleh 4 sampai 6 buah pegas kopling.Terdapat 4 buah plat
gesek dan 4 buah plat kopling yang dijepit oleh plat tekan.
Plat kopling dipasang pada rumah yang disambungkan
dengan roda gigi yang berhubungan dengan transmissi. Sementara plat gesek
dipasang pada dudukan plat gesek yang disambungkan dengan roda gigi primer yang berhubungan dengan poros engkol.
Pada saat batang pembebas tidak ada tekanan, maka plat
tekan menekan/menjepit plat kopling dan plat gesek secara bersama, sehingga
terjadi aliran tenaga dari mesin ke roda gigi primer, ke plat gesek, pindah ke
plat kopling, dan keroda gigi yang berhubungan dengan transmisi. Dengan kata
lain, kopling menghubungkan tenaga mesin kesistem pemindah tenaga.
Pada saat batang pembebas mendapat gaya dari mekanisme operasonal kopling, akan
mendorong Plat tekan kearah kiri (gambar 17), melawan tegangan pegas kopling.
Maka terjadi kelonggaran jepitan terhadap plat kopling dan plat gesek, sehingga
keduanya tidak berhubungan lagi. Posisi ini berarti tenaga dari mesin tidak tersalurkan
kesistem pemindah tenaga.
c. Rangkuman 1
1) Kopling dan komponen
pengoperasiannya merupakan bagian dari sistem pemindah tenaga dari sebuah
kendaraan, yaitu sistem yang berfungsi untuk memutus dan menghubungkan tenaga
dari sumber tenaga (mesin) ke roda kendaraan (pemakai/penggunaan tenaga).
2) Sistem
pemindah tenaga secara garis besar terdiri dari Unit kopling, transmisi, differensial,
poros dan roda kendaraan. Sementara Posisi unit kopling dan komponennya (Clutch Assembly), terletak pada ujung
paling depan dari sistem pe-mindah tenaga pada kendaraan.
3) Rangkaian
pemindahan tenaga berawal dari sumber tenaga (Engine) kesistem pemindah tenaga, yaitu masuk ke unit kopling (Clutch) diteruskan ketransmisi (Gear Box) ke pro-peller shaft dan keroda
melalui defrensial (Final Drive).
4) Komponen utama dari kopling
mulai dari roda gila (flywheel) adalah sebagai berikut :
a)
Driven
plate (juga dikenal sebagai piringan kopling, pelat kopling atau friction
disc/piringan gesek). Plat kopling bagian tengahnya berhubungan slip dengan
poros transmisi. Sementara ujung luarnya dilapisi kampas kopling yang
pemasangannya di keling.
b)
Pressure
plate (plat penekan) dan rumahnya, unit ini yang berfungsi untuk
menekan/menjepit kampas kopling hingga terjadi perpindahan tenaga dari mesin
keporos transmisi.
c)
Pressure
plate Lever, berfungsi untuk mengungkit pressure plate dalam upaya
membebaskan/meng-hubungkan kampas kopling
d)
Clutch
release atau throwout bearing, unit ini berfungsi untuk memberikan tekanan yang
bersamaan pada pressure plate Lever dan menghindarkan terjadinya gesekan antara
pengungkit dengan pressure plate Lever
e)
Throwout
lever berfungsi untuk menyalurkan tenaga pembebas kopling
5) Terdapat dua macam kopling
gesek yaitu kopling plat tunggal dan kopling plat ganda. Kopling gesek plat
tunggal banyak dipergunakan pada kendaraan roda empat. Sedangkan kopling gesek
plat ganda banyak dipergunakan pada sepeda motor. Ukuran kopling sangat
ditentukan oleh besarnya tenaga mesin yang akan disalurkan melalui kopling
b. Uraian Materi 2
1). Konsep
dasar fungsi dan kerja Komponen pengoperasian unit kopling
Seperti
telah dijelaskan di depan kopling berfungsi untuk memutus dan menghubungkan
penyaluran tenaga mesin ke roda penggerak. Untuk mengoperasikan fungsi
tersebut, pada kendaraan ada dua macam yaitu sistem mekanik dan sistem
hidrolik. Sistem mekanik untuk memindahkan tenaga kaki melalui pedal kopling
disalurkan kabel baja ke pengungkit (Throwout
lever). Sementara pengoperasian sistem hidolik tenaga disalurkan melalui
minyak rem yang dirangkai sedemikkian rupa sehingga dapat mengoperasikan kopling.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 18.
Pengoperasian
unit kopling sistem mekanik menggunakan kabel baja yang menghubungkan pedal
kopling dengan tuas pembebas kopling. Saat pedal kopling diinjak, maka akan
menarik kabel kopling yang diteruskan dengan menggerakan tuas pembebas kearah
menekan pegas kopling. Sehingga plat kopling bebas tak terjepit oleh plat
tekan.
Saat
pedal dilepas, maka pedal kopling akan dikembalikan pada posisi semula oleh
pegas pengendali pedal (8). Sementara tuas kopling akan kembali pada posisi
semula oleh pegas diafragma.

Gambar
18. Pedal Kopling Sistem Mekanik
Sistem
yang kedua adalah pengoperasian secara hidrolis dapat dilihat seperti pada
gambar berikut ini.

Gambar
19. Pedal Kopling Sistem hidrolis.
Pengoperasian
kopling sistem hidrolis ini memanfaatkan tekanan hidrolis minyak. Pedal kopling
dalam hal ini berfungsi untuk menekan minyak yang ada pada master silinder dan
selanjutnya disalurkan kesilinder kopling. Tekanan minyak selanjutnya mendorong
tuas pembebas dan bantalan tekan menekan
pegas diafragma. Proses ini menyebabkan kopling memutuskan hubungan antara
mesin dengan sistem pemindah tenaga.
Posisi
saat pedal kopling dilepas, pedal akan dikembalikan keposisi semula oleh pegas
pengembali. Sementara plunger master silinder akan kembali oleh pegas plunger
yang ada di dalam master silinder. Karena tekanan sudah tidak ada, plunger dan
tuas pembebas akan dikembalikan keposisi semula oleh pegas pengembali dan pegas
diafragma.
Konstruksi
master silinder kopling hidrolis seperti terlihat pada gambar 20 berikut ini.

Gambar
20. Master silinder kopling hidrolis.
Konstruksi
master silinder dalam gambar tersebut, penampung minyak hidrolisnya (Reservoir) terpisah dan dihubungkan
menggunakan pipa elastis. Minyak hidrolis dari reservoir melalui pipa ke master
silinder melalui saluran penghubung (pipe
joint).
Pada
saat handel kopling diinjak, tenaganya dipindahkan ke push rod dan mendorong
unit plunyer bergerak kearah kiri. Gerakan ini melawan pegas pengembaali
plunger (return spring) dan menekan
minyak hidrolis keluar dari master silinder melalui ujung sebelah kiri, masuk
ke pipa penghubung menuju ke silinder kopling.
Karena
sesuatu penyebab, jumlah minyak hidrolis tentu akan berkurang khususnya karena
kebocoran atau katup check kotor atau macet. Untuk menjaga agar minyak hidrolis
dalam sistem tetap jumlahnya, maka perlu penambahan. Penambahan minyak hidrolis
ini diambil dari minyak persediaan direservoir. Caranya, saat unit plunger
bergerak kekanan saat pedal kopling dilepas, maka minyak dari reservoir akan
masuk kesistem melalui katup check (check
valve). Dengan demikian minyak hidrolis pada sistem akan tetap terjaga
kuantitasnya.
Berkurangnya
minyak hidrolis dalam sistem operasional kopling hidrolis akan menyebabkan
langkah tekan pedal kopling berkurang, atau kemungkinan gerakan pedal tidak
tersalurkan hingga ke tuas pembebas kopling. Bila ini terjadi maka fungsi
kopling tidak dapat dilaksanakan, berarti proses pemutusan hubungan tenaga dari
mesin ke sistem pemindah tenaga tidak dapat dilaksanakan, dan tenaga mesin akan
selalu terhubung tidak dapat diputuskan oleh kopling.
Silinder
kopling kopling berfungsi merubah tenaga hidrolis pengoperasian kopling menjadi
tenaga mekanik, untuk mendorong tuas pembebas kopling. Tekanan minyak hidrolis
dari master silinder diteruskan melalui pipa dan masuk ke silinder kopling (dari
ujung sebelah kanan) mendorong piston silinder kopling dan diteruskan ketuas
pembebas kopling melalui push rod. Konstruksinya seperti terlihat pada gambar 21
berikut ini.

Gambar
21. Silinder kopling sistem hidrolis.
Pada
silinder kopling dilengkapi dengan baut bleeding (bleeder plug) yang berfungsi untuk mengeluarkan udara dari sistem
hidrolis. Seperti diketahui bila sistem hidrolis kemasukan udara, maka sistem
akan terganggu kerjanya. Hal ini karena saat terjadi penekanan, maka tekanan
tersebut mengkompresikan udara tersebut baru menekan minyak. Bila jumlah
udaranya banyak maka terjadi penekanan dari master silinder, namun piston
silnder kopling tidak bergerak. Oleh karena itu udara harus dikeluarkan dari
sistem hidrolis.
Pada
silinder kopling juga dilengkapi dengan boot, yaitu karet penutup yang elastis
untuk mencegah kotoran masuk kesilinder kopling. Karet penutup ini sangat
penting mengingat posisi silinder kopling berada dibawah kendaraan, yang
tentunya sangat banyak berbagai kotoran dapat mengenainya. Kotoran tentu akan
menyebabkan kerusakan, bila sampai masuk kesilinder kopling.
Sistem
pengoperasian kopling untuk kendaraan berat seperti Bus, Truk, atau alat berat
lainnya, sering dilengkapi dengan Boster. Boster adalah unit perlengkapan yang
dipergunakan untuk meringankan tenaga untuk mengoperasi-kan kopling.
Perlengkapan ini dioperasikan menggunakan kevacuman, pada mesin diesel biasanya
diambil dari pompa vacum yang dipasang pada sisi belakang alternator.
Untuk
membandingkan antara sistem yang pakai boster dengan sistem yang tidak
menggunakan boster dapat dilihat pada gambar 22 berikut ini. Keduanya
menggunakan sistem hidrolis, yang menggunakan boster, unit boster dipasang pada
silinder slave.

Gambar
22. Perbandingan Unit Kopling Sistem Boster
Konstruksi boster
yang dipasang pada silinder kopling
dapat dilihat pada gambar 23 berikut ini.

Gambar
23. Boster Kopling Hidrolis
c. Rangkuman 2
1) Kopling
merupakan bagian dari sistem pemindah tenaga dari sebuah kendaraan, yaitu
sistem yang berfungsi memutus dan menghubungkan tenaga dari sumber tenaga
(mesin) ke roda kendaraan (pemakai/penggunaan tenaga).
2) Sistem
pengoperasian kopling merupakan mekanisme pengendalian fungsi kopling yang
dilakukan oleh pengemudi. Sistem pengoperasian kopling memungkinkan pengemudi
dengan mudah memutus dan menghubungkan
kopling sesuai dengan yang diinginkan.
3) Terdapat dua
macam sistem pengoperasian kopling yaitu sistem mekanik dan sistem hidrolis.
4) Komponen pengoperasian
kopling sistem mekanik adalah sebagai berikut :
a) Pedal kopling berfungsi untuk
menyalurkan tenaga pengemudi melalui injakan kakinya, dalam upaya mengendalikan
kerja kopling.
b) Kabel kopling berfungsi untuk
memindahkan gerakan tenaga injakan kaki pengemudi pada pedal kopling, ke tuas
pembebas kopling.
c) Batang ulir pada ujung kabel
kopling yang berhubungan dengan tuas pembebas berfungsi untuk mengatur gerak
bebas tuas pembebas.
d) Pegas pengendali pedal
kopling, berfungsi untuk mengembalikan posisi pedal kopling setelah
dipergunakan untuk mengoperasikan kopling.
5) Komponen pengoperasian
kopling sistem hidrolis adalah sebagai berikut :
a) Master silinder kopling, berfungsi
untuk merubah gerak mekanis dari pedal kopling menjadi tekanan minyak hidrolis.
b) Pipa hidrolis berfungsi untuk
menyalurkan tekanan hidrolis yang dihasilkan dari master silinder kopling.
c) Silinder kopling berfungsi
merubah tekanan hidrolis dari master silinder menjadi gerak mekanis yang
disalurkan ke push rod dan diteruskan ke tuas pembebas kopling.
d) Boster kopling berfungsi
untuk meringankan tenaga injakan pedal kopling. Komponen ini hanya dipergunakan
pada kedndaraan berat.
Pemeliharaan
atau sering disebut dengan maintenace
bertujuan untuk menjaga kinerja suatu komponen kendaraan tetap baik, dan
mencegah atau menghindari terjadinya kerusakan pada komponen tersebut. Hal ini
tentunya juga diperlukan terhadap unit kopling dan komponen pengoperasiannya.
Hal ini mengingat fungsi dari unit kopling dan komponen pengoperasiannya sangat
penting bagi lajunya kendaraan bermotor, dan terjadinya kerusakan pada sistem
ini akan berpengaruh terhadap kinerja kendaraan secara menyeluruh.
Proses
perawatan unit Kopling dan Komponen Pengoperasiannya sebenarnya tidak terlalu
sulit, yaitu melakukan penyetelan dan mengidentifikasi beberapa gejala yang menunjukkan
bahwa unit kopling dan komponen Pengoperasiannya mengalami permasalahan. Penyetelan
merupakan prosedur agar suatu sistem dapat bekerja secara optimal.
1) Proses perawatan dan
penyetelan mekanisme Kopling sistem mekanis.
Proses
penyetelan kopling yang perlu dilakukan adalah menyetel kebebasan pedal
kopling, yaitu saat pedal tidak diinjak sampai mulai menekan. Fungsi kebebasan
kopling ini dimaksudkan agar saat pedal kopling dilepas, unit pengoperasian
kopling khususnya bantalan tekan tidak menyentuh unit kopling yang berputar
bersama mesin. Sehingga akan mengurangi kerja bantalan tekan dan mengurangi
kemungkinan terjadinya gesekan. Setiap kendaraan berbeda-beda, maka sebaiknya
berapa besarnya kebebasan pedal kopling dilihat pada buku manualnya.

Gambar 24. Perawatan dan penyetelan kopling sistem
mekanik.
Pada
bagian kait perlu dilumasan menggunakan greeze,
untuk menghindarkan keausan pada ujung-ujung kabel kopling. Pada bagian-bagian
yang ditujunjuk pada gambar tersebut terjadi penggeseran dengan pembebanan,
sehingga kemungkinan terjadi keausan cukup tinggi.
Penyetelan
yang perlu dilakukan adalah menyetel kebebasan pedal kopling. Untuk berapa
besar kebebasan pedal kopling, sangat bervariasi antar merk kendaraan. Oleh
karena itu, perlu melihat spesifikasi kendaraan yang akan distel, dalam buku
manual.
Cara
penyetelannya untuk yang sistem mekanik, adalah sebagai berikut:
a).
Siapkan
alat yang diperlukan
b).
Ukur
kebebasan pedal kopling yang ada.
c).
Bandingkan
dengan ukuran spesifikasi kendaraan tersebut.
d).
Bila
tidak cocok, kendorkan mur pengunci pada ujung kabel kopling.
e).
Kendorkan
mur penyetel bila jarak kebebasan lebih kecil. Atau keraskan mur penyetel bila
jarak kebebasan lebih besar dari spesifikasi.
f).
Ulangi
langkah 2 dan 3 sampai diperoleh ukuran kebebasan yang sesuai dengan
spesifikasi.
g).
Uji
hasil penyetelan dengan menjalankan kendaraan. Bila belum baik, ulangi langkah
5, 2 dan 3, hingga diperoleh hasil yang baik.
h).
Bersihkan
kendaraan dan alat yang dipergunakan.
2) Proses perawatan dan
penyetelan mekanisme Kopling sistem hidrolis.
Unit
kopling dan komponen operasional dengan sistem hidrolis pemeliharaannya agak
lebih rumit dibandingkan yang sistem mekanik. Namun demikian masih tergolong
sederhana dan mudah.
Dalam
melakukan pemeliharaan, perlu memeriksa kondisi minyak hidrolis baik kualitas
maupun kuantitasnya. Kualitas terkait
dengan berapa lama minyak tersebut telah digunakan, yaitu dengan melihat jumlah
kilometer perjalanannya atau dapat juga dilihat dari warna minyak hidrolis.
Bila sudah berwarna gelap, berarti minyak sudah waktunya diganti. Ini merupakan
salah satu unsur pemeliharaan berkala. Bila sudah pada waktu pengantian, maka
minyak perlu diganti dengan yang baru.
Prosedur
penggantian minyak hidrolis koplingadalah sebagai berikut:
a).
Siapkan
bahan dan alat yang diperlukan minyak hidrolis yang baru, kunci bleeding, slang elastis kecil, dan
penampung minyak hidrolis.
b).
Kendorkan
baut bleeder
c).
Pasang
pipa elastis diujung baut bleeder dan ujung lainnya ke penampung minyak
hidrolis.
d).
Tekan
pedal kopling beberapa kali sampai dengan minyak yang direservoir habis.
e).
Tuangkan
minyak hidrolis yang baru.
f).
Tekan
kembali pedal kopling, hingga minyak yang keluar dari pipa elastis keluar
minyak yang baru. Jaga minyak yang direservoir agar tidak kehabisan.
g).
Saat
diketahui yang keluar pada pipa elastis sudah minyak yang baru, pedal kopling
pertahankan pada posisi tertekan.
h).
Keraskan
baut bleeder, dan pompalah padal kopling.
i).
Tunggu
beberapa saat, dan coba tekan pedal kopling. Bila ringan tidak menggerakan tuas
pembebas kopling, berarti sistem kemasukan udara.
j).
Maka
lakukan pemblidingan terhadap sistem kopling sampai udara keluar dari sistem.
k).
Ulangi
langkah 9). Hingga diperoleh penekanan yang baik.
l).
Tambahkan
minyak hidrolis pada reservoir hingga batas maksimum, dan pasang tutup
reservoir.
m). Bersihkan alat dan
perlengkapan yang telah dipergunakan.
Selanjutnya proses
penyetelan kopling dengan pengoperasian sistem hidrolis, dengan langkah sebagai
berikut:
a).
Siapkan
alat dan perlengkapan yang diperlukan
b).
Menyetel
kebebasan pedal kopling, seperti terlihat pada gambar 25 berikut ini.

Gambar
25. Penyetel Pedal kopling sistem hidrolis.
c).
Ukur
kebebasan yang ada, sebelum distel.
d).
Hasilnya
bandingkan dengan data pada buku service manual
e).
Bila
sama, tidak perlu dilakukan penyetelan.
f).
Bila
beda lakukan penyetelan pada push rod master silinder.
g).
Penyetelan
kebebasan bantalan tekan, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 26. menyetel kebebasan
bantalan tekan
h).
Ukur
kebebasan yang ada, sebelum distel
i).
Hasilnya
bandingkan dengan data pada buku service manual
j).
Bila
sama, tidak perlu dilakukan penyetelan.
k).
Bila
beda lakukan penyetelan pada push rod silinder kopling.
3) Gejala Kerusakan kopling.
Gejala-gejala
berikut ini menandakan bahwa terjadi kesalahan pada rangkaian kopling/kopling
set (clutch assembly)
a).
Kopling
selip
b).
Bergetar
c).
Gerakan
kendaraan yang mengejut
d).
Suara
berisik yang tidak lazim
e).
Tidak
ada gerakan
Dari
gejala-gejala di atas dapat dianalisis faktor penyebab, dan proses perawatan
atau perbaikannya. Hasil analisis seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Gejala-gejala
|
Penyebab
|
Perawatan
|
Perbaikan
|
1. Kopling Slip
|
* Gerak bebas pedal
kopling berlebihan
|
Stel kebebasan pedal kopling
|
|
* Terdapat oli pada permuka-an disc
|
|
Bongkar
& bersihkan
|
|
* Permukaan Disc bergelom-bang
|
|
Bongkar & gerinda/ ganti
|
|
* Pegas
kopling lemah
|
|
Bongkar & ganti
|
|
* Kabel
kopling berkarat
|
Lepas
beri oli
|
Lepas
& ganti
|
|
* Kapas
kopling habis
|
|
Bongkar
& ganti
|
|
2. Kopling ber- getar
|
*
Permukaan disc mengkilat
|
|
Perbaiki/ganti
|
*
Terdapat oli pada plat kopling
|
|
Bongkar
& bersihkan atau ganti
|
|
* Dreg
Lager menggeser
|
|
Bongkar
& lumasi atau ganti
|
|
* Pegas
kopling lemah
|
|
Bongkar
& ganti
|
|
*
Kelingan kampas lepas
|
|
Bongkar
& ganti
|
|
* Kontak
permukaan disc rusak
|
|
Bongkar & gerinda atau ganti
|
|
* Dudukan
mesin atau trans-misi rusak
|
|
Periksa & ganti
|
|
3. Gerakan
ken-daraan yang mengejut
|
*
Kebebasan pedal kopling terlalu kecil
|
Stel kebebasan pedal kopling
|
|
* Keausan
pada sambungan pengoperasian kopling
|
Periksa & ganti
|
|
|
* Kabel
kopling memanjang
|
Periksa & ganti
|
|
|
* Minyak
rem habis
|
Periksa & isi
|
|
|
4. Suara berisik yang tidak lazim
|
* Dreg
Lager rusak
|
|
Bongkar & ganti
|
* Pilot
bearing rusak
|
|
Bongkar & ganti
|
|
*
Kebebasan pedal kopling berlebihan
|
Stel kebebasan pedal kopling
|
|
|
5. Tidak ada gerakan
|
* Plat
kopling habis
|
|
Bongkar & ganti
|
*
Kebebasan Pedal kopling
|
Stel kebebasan pedal kopling
|
|
|
* Baut
pemegang unit rumah kopling kendor
|
|
Bongkar & keraskan
|
c. Rangkuman 3
1). Kopling dan
komponen pengoperasiannya merupakan bagian dari sistem pemindah tenaga dari
sebuah kendaraan, yaitu sistem yang berfungsi memindahkan tenaga dari sumber
tenaga (mesin) ke roda kendaraan (pemakai/penggunaan tenaga).
2). Perawatan atau
pemeliharaan terhadap suatu perlengkapan termasuk Unit Kopling dan Komponen
Pengoperasiannya, dimaksudkan agar perlengkapan kendaraan tersebut dapat
berfungsi dan bekerja sebagaimana seharusnya. Dengan proses perawatan yang
baik, maka perlengkapan tersebut disamping akan dapat berfungsi dengan baik,
juga memungkinkan diketahui terjadinya permasalahan lebih dini.
3). Proses
penyetelan kopling yang perlu dilakukan adalah menyetel kebebasan pedal
kopling, yaitu saat pedal tidak diinjak sampai mulai menekan. Fungsi kebebasan
kopling ini dimaksudkan agar saat pedal kopling dilepas, unit pengoperasian
kopling khususnya bantalan tekan tidak menyentuh unit kopling yang berputar
bersama mesin.
4) Gejala-gejala
kesalahan pada rangkaian kopling/kopling set (clutch assembly)
a).
Kopling
selip
b).
Bergetar
c).
Gerakan
kendaraan yang mengejut
d).
Suara
berisik yang tidak lazim
e).
Tidak
ada gerakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar